Berawal dari kesulitan untuk bertahan hidup karena bisnis mentok tanpa penjualan dan membuat barang stok menumpuk sampai ke ruang tamu di rumah.
Kehabisan duit cash sampai harus pinjam sana-sini untuk ongkos bensin setiap harinya.
Akhirnya saya memutuskan rehat sejenak, dan mulai mencari penyebab kegagalan bisnis yang saya tekuni ini.
Saya yakin banyak diantara anda semua yang mengalami hal ini. Lumrah, sebagai pebisnis baru menghadapi beragam masalah yang tidak pernah muncul ketika bekerja di balik meja kantor perusahaan besar. Dan saat ini dunia serasa terbalik.
Mulai mencari penyebab kesalahan dari faktor eksternal. Dagangan tidak laku karena pesaing banting harga. Karena banyaknya toko online. Karena kurang modal. Karena ini dan itu sampai panas hati memikirkan semuanya yang berakhir dengan cepat lelah bahkan ketika tidak mengerjakan apa-apa.
Begitulah kira-kira, apakah sama dengan pengalaman yang anda miliki?
Ternyata Semua Salah Saya
Saat rehat, beberapa hari tidak beraktifitas mencari konsumen. Saya menggunakan waktu untuk mengeluh dan marah bahkan untuk hal kecil. Besar penyesalan saya karena meninggalkan lingkungan kantor yang nyaman.Sampai satu malam, ketika saya sudah pasrahkan semuanya, hendak berganti profesi saja, ngga apa-apa jadi tukang parkir juga, jika memang seharusnya begitu.
Karena lapar saya keluar malam itu menggunakan motor, ke tukang mie goreng dekat pangkalan bus yang memang paling laku di daerah sini. Nggak sengaja ketemu cewek teman sekolah waktu SD dulu. Dia pemilik franchise makanan ringan yang juga baru memulai bisnis perikanan. Hebatnya karena dia bukan anak orang kaya, yang bahkan dulu sering diledekin karena baju seragamnya udah kuning.
Tanpa bermaksud mengeluh saya menceritakan bisnis yang sedang kurang baik. Begitu kira-kira yang saya katakan. Mungkin dia sudah mengerti dan meminjamkan saya sebuah buku. Yang tentu saja harus dikembalikan biar bisa ketemu lagi. Dan menyuruh saya untuk mulai bercermin.
Beberapa hari tanpa kegiatan, hanya membaca buku tersebut dan berusaha bercermin. Setelah lama saya baru sadar, bisnis jadi seperti ini karena salah saya sendiri. Saya cuma ikut-ikutan orang lain, tidak punya rencana, dan yang paling penting saya tidak tahu cara menjual.
Bercermin, Belajar Lagi = Waktu dan Limit Kartu Kredit
Tapi mau bagaimana lagi, sekarang sudah bukan saatnya untuk menyesal. Tinggal mencari cara bagaimana saya bisa mulai mengubah arah bisnis ini ke arah yang diinginkan.Mulai menonton banyak video dan buku tentang bisnis. Semua isinya sama saja seperti itu, dipraktekkan dan menghasilkan walaupun hanya sedikit.
Sampai satu hari saya nekat saja, memasukan pembayaran menggunakan kartu kredit yang berarti saya menambah jumlah hutang lagi pada website kursus online salesman dengan pengajar dari Amerika yang harganya $899 saja.
Nangis. Duit yang terkumpul buat kebutuhan sehari-hari saja masih kurang, malah nambah hutang lagi. Tapi ini hutang investasi, buat nambah ilmu.
Ikut kursus selama 3 minggu dengan jadwal setiap hari berdurasi 4 jam. Capek, males dan sangat lelah.
Saya mulai mengikutinya, melihat dengan cara berbeda, dan bisa menggunakan cara berbicara persuasif, mulai bertanya dan mendengarkan, sekarang bisa tutup mulut ketika bersama konsumen dan yang paling penting produk saya terjual semuanya dalam waktu satu minggu saja dengan harga yang sama.
Seiring kebiasaan, selama 3 tahun belakang ini, saya sudah mendapatkan apa yang diinginkan. Mulai dari membantu teman saya menjual produk ternak perikanannya, membantu teman lain yang memiliki kendala dalam penjualan produk di pabriknya serta memiliki beberapa bisnis dibidang service elektronik, peternakan, dan aplikasi online.
Ilmu yang didapatkan ini sangat berharga, ternyata mengeluarkan $899 untuk kursus sangatlah murah.
Maka dari itu, saya ingin membantu kamu untuk bisa menjual lebih banyak produk atau jasa kepada siapa saja dan dibidang apa saja tanpa perlu mengeluarkan uang.